Sunday, March 24, 2024

Thursday, July 28, 2022

RELAWAN PENDIDIKAN YANIMA

RELAWAN PENDIDIKAN YANIMA adalah Mitra Kerja PKBM INSAN MANDIRI dibawah payung Hukum YAYASAN NADA INSAN MANDIRI yg bergerak bersama Memprogram...
Biaya Nol Rupiah untuk Pendidikan Non. Formal melalui Paket A/B/C bagi semua Golongan Masyarakat....
Selain itu Kami terus bergerak untuk bermitra dengan Lembaga - lembaga Pendidikan Formal lainnya....
Menciptakan Sinergisitas dalam Bantuan Pendidikan Nol Rupiah...
Bagi Masyarakat Tidak Mampu dan Putra/putri Yatim, Piatu atau Yatim Piatu....
Mudah²an Relawan Pendidikan Yanima dapat Bermitra melaui Program Dinas Pendidikan Kota Bogor, Yayasan Nada Insan Mandiri, PKBM Insan Mandiri juga lembaga Pendidikan Formal Lainnya yg sudah bermitra dapat berjalan dan progres menuju Visi dan Misi dalam Program Pendidikan Nol Rupiah bagi sasaran yang disebut diatas...

Thursday, June 30, 2022

SYARAT-SYARAT UNTUK MEMPEROLEH SKT

PERSYARATAN PENERBITAN SKT ORMAS/LSM POKOK² KETENTUAN PENERBITAN SKT


SYARAT-SYARAT UNTUK MEMPEROLEH SKT ( SURAT KETERANGAN TERDAFTAR) ORGANISASI KEMASYARAKATAN/LSM MENGAJUKAN KEPADA PEMERINTAH DENGAN MELAMPIRKAN :

  • SURAT PERMOHONAN KEPADA WALIKOTA BAKESBANGPOL UNTUK DIDAFTAR SEBAGAI ORMAS/LSM/YAYASA
  • FOTO COPY AKTE NOTARIS/AKTE PENDIRIAN (COPY DILEGALISIR NOTARIS
  • FOTO COPY ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DINOTARISKAN (DILEGALISIR OLEH NOTARIS)
  • PROGRAM KERJA JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG
  • SUSUNAN LENGKAP PENGURUS HARIAN
    1. KETUA
    2. SEKRETARIS
    3. BENDAHARA DI LAMPIRI PAS FOTO BERWARNA MASING-MASING UKURAN 4×6 CM SEBANYAK 1 (SATU) LEMBAR
  • RIWAYAT HIDUP (BIODATA) PENGURUS HARIAN : KETUA, SEKRETARIS, BENDAHARA
  • FOTO COPY YANG DILEGALISIR KARTU TANDA PENDUDUK PENGURUS HARIAN (KETUA, SEKRETARIS, BENDAHARA) YANG MASIH BERLAKU.
  • FOTO BERWARNA TAMPAK DEPAN KANTOR SEKRETARIAT ORMAS / LSM LENGKAP DENGAN PAPAN NAMA ORGANISASI YANG MEMUAT ALAMAT KANTOR SEKRETARIAT (UKURAN KARTU POSISI
CATATAN :
  • LAMBANG ORGANISASI TIDAK DIPERBOLEHKAN MENGGUNAKAN LAMBANG NEGARA BERDASARKAN PP NOMOR 66 TAHUN 1951 TENTANG LAMBANG NEGARA DAN PP NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA PASAL 13 DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN 1958 TENTANG BENDERA KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
  • UNTUK ORGANISASI YANG BERBENTUK YAYASAN DAPAT DIDAFTARKAN DI DEPDAGRI DAN JAJARANNYA, TETAPI HARUS MENDAPATKAN REKOMENDASI DARI KEMENTRIAN HUKUM DAN HAM MENDAPATKAN BERDASARKAN SURAT EDARAN KEMENDAGRI LEWAT DIRJEN KESBANGPOL NOMER : 220/370.D III TANGGAL 09 APRIL 2008
  • PAPAN NAMA ORGANISASI MENYESUAIKAN DENGAN PERMENDAGRI NOMOR 5 TAHUN 1986, DIPASANG DI DEPAN KANTOR ATAU DITEMPEL DI KANTOR SEKRETARIAT BILA TIDAK MEMILIKI HALAMAN KANTOR
  • FOTO COPY NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ATAS NAMA ORGANISASI SESUAI KEBERADAAN ORGANISASI.
  • SURAT KETERANGAN DOMISILI SEKRETARIAT DARI LURAH YANG DIKETAHUI CAMAT SETEMPAT.
  • SURAT KETERANGAN STATUS SEKRETARIAT (KONTRAK/SEWA/PINJAM/PAKAI) BILA KANTOR ORGANISASI (KONTRAK/SEWA/PINJAM/PAKAI) YANG MEMUAT MASA BERLAKUNYA DITANDATANGANI KETUA DAN SEKRETARIS DENGAN BERMATERAI RP. 10.000.000,-
  • KETERANGAN YANG MENERANGKAN TIDAK SEDANG TERJADI KONFLIK INTERNAL DITANDATANGANI KETUA DAN SEKRETARIS DILAMPIRI MATERAI RP. 10.00,000,-
  • SURAT KETERANGAN YANG MERANGKAP TIDAK BERAFILIASI DENGAN ATAU UNDERBOW ORGANISASI PARTAI POLITIK DITANDATANGANI KETUA DAN SEKRETARIS DILAMPIRI MATERAI RP. 10.000,000,-
  • PERSYARATAN ADMINISTRASI LAINNYA APABILA DIPERSYARATKAN OLEH KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UDANGAN.
  • BIAYA GRATIS

MAKAM KARUHUN SUNDA

 MAKAM PARA KARUHUN SUNDA


  • Pangeran Jayakarta (Rawamangun Jakarta) 

  • Eyang Prabu Kencana (Gunung Gede, Bogor ) 

  • Syekh Jaenudin (Bantar Kalong)

  • Syekh maulana Yusuf (Banten) 

  • Syekh hasanudin (Banten) 

  • Syekh Mansyur (Banten) 

  • Aki dan Nini Kair (Gang Karet Bogor) 

  • Eyang Dalem Darpa Nangga Asta
    (Tasikmalaya) 

  • Eyang Dalem Yuda Negara (Pamijahan Tasikmalaya) 

  • Prabu Naga Percona (Gunung Wangun Malangbong Garut) 

  • Raden Karta Singa (Bunarungkuo Gn. Singkup Garut) 

  • Embah Braja Sakti (Cimuncang, Lewo Garut) 

  • Embah Wali Tangka Kusumah (Sempil, Limbangan garut) 

  • Prabu Sada Keling (Cibatu Garut) 

  • Prabu Siliwangi (Santjang 4 Ratu
    Padjadjaran) 

  • Embah Liud (Bunarungkup, Cibatu Garut) 

  • Prabu Kian Santang (Godog Suci, garut) 

  • Embah Braja Mukti (Cimuncang, Lewo Garut) 

  • Embah Raden Djaenuloh (Saradan, Jawa Tengah) 

  • Kanjeng Syekh Abdul Muhyi (Pamijahan Tasikmalaya) 

  • Eyang Siti Fatimah (Cibiuk, Leuwigoong Garut) 

  • Embah Bangkerong (Gunung Karantjang) 

  • Eyang Tjakra Dewa (Situ Lengkong, Pandjalu Ciamis) 

  • Eyang Prabu Tadji Malela (Gunung Batara Guru) 

  • Prabu Langlang Buana (Padjagalan, Gunung Galunggung)

  • Eyang Hariang Kuning (Situ Lengkong Pandjalu Ciamis) 

  • Embah Dalem Salinggih (Cicadas,
    Limbangan Garut) 

  • Embah Wijaya Kusumah (Gunung
    Tumpeng Pelabuhan Ratu) 

  • Embah Sakti Barang (Sukaratu) 

  • Syekh Abdul Rojak Sahuna (Ujung Kulon Banten) 

  • Prabu Tjanar (Gunung Galunggung) 

  • Sigit Brodjojo (Pantai Indramayu) 

  • Embah Giwangkara (Djayabaya Ciamis) 

  • Embah Haji Puntjak (Gunung
    Galunggung) 

  • Dewi Tumetep (Gunung Pusaka Padang , Ciamis) 

  • Eyang Konang Hapa (Dayeuh Luhur, Sumedang) 

  • Embah Terong Peot (dayeuh Luhur, Sumedang) 

  • Embah Sayang Hawu (Dayeuh Luhur, Sumedang) 

  • Embah Djaya Perkasa (Dayeuh Luhur, Sumedang) 

  • Prabu Geusan Ulun (Dayeuh Luhur, Sumedang) 

  • Nyi Mas Ratu harisbaya (Dayeuh Luhur, Sumedang) 

  • Eyang Anggakusumahdilaga (Gunung Pusaka Padang Ciamis) 

  • Eyang Pandita Ratu Galuh Andjarsukaresi (Nangerang) 

  • Embah Buyut Hasyim (Tjibeo Suku
    Rawayan, Banten) 

  • Eyang mangkudjampana (Gunung
    Tjakrabuana, Malangbong Garut) 

  • Embah Purbawisesa (Tjigorowong,
    Tasikmalaya) 

  • Embah Kalidjaga Tedjakalana
    (Tjigorowong, Tasikmalaya) 

  • Embah Kihiang Bogor (Babakan Nyampai, Bogor ) 

  • Aki Wibawa (Tjisepan, Tasikmalaya) 

  • Embah wali Mansyur (Tomo, Sumedang) 

  • Prabu Nagara Seah (Mesjid Agung
    Tasikmalaya) 

  • Sunan Rumenggang (Gunung Batara Guru) 

  • Embah Hadji Djaenudin (Gunung
    Tjikursi) 

  • Eyang Dahian bin Saerah (Gunung
    ringgeung, garut) 

  • Embah Giwangkarawang (Limbangan Garut) 

  • Nyi Mas Layangsari (Gunung Galunggung) 

  • Eyang Sunan Cipancar (Limbangan garut) 

  • Eyang Angkasa (Gunung Kendang,
    Pangalengan) 

  • Embah Kusumah (Gunung Kendang, Pangalengan) 

  • Eyang Puspa Ligar (Situ Lengkong,
    Panjalu Ciamis) 

  • Kimandjang (Kalapa 3, Basisir Kidul) Eyang Andjana Suryaningrat (Gunung Puntang Garut) 

  • Gagak Lumayung (Limbangan Garut) 

  • Sri Wulan (Batu Hiu, Pangandaran Ciamis) 

  • Eyang Kasepuhan (Talaga Sanghiang, Gunung Ciremai) 

  • Aki manggala (Gunung Bentang,
    Galunggung) 

  • Ki Adjar Santjang Padjadjaran (Gunung Bentang, Galunggung) 

  • Eyang Mandrakuaumah (Gunung Gelap Pameungpeuk, Garut) 

  • Embah Hadji Muhammad Pakis (Banten) 

  • Eyang Boros Anom (Situ Lengkong, Pandjalu Ciamis) 

  • Embah Raden Singakarta (Nangtung, Sumedang) 

  • Raden Rangga Aliamuta (Kamayangan, Lewo-Garut) 

  • Embah Dalem Kasep (Limbangan Garut) 

  • Eyang Imam Sulaeman (Gunung Gede, Tarogong) 

  • Embah Djaksa (Tadjursela, Wanaraja) 

  • Embah Wali Kiai Hadji Djafar Sidik
    (Tjibiuk, Garut) 

  • Eyang Hemarulloh (Situ Lengkong
    Pandjalu) 

  • Embah Dalem (Wewengkon, Tjibubut Sumedang) 

  • Embah Bugis (Kontrak, Tjibubut
    Sumedang) 

  • Embah Sulton Malikul Akbar (Gunung Ringgeung Garut) 

  • Embah Dalem Kaum (Mesjid Limbangan Garut) 

  • Mamah Sepuh (Pesantrean Suralaya) 

  • Mamah Kiai hadji Yusuf Todjiri
    (Wanaradja) 

  • Uyut demang (Tjikoneng Ciamis) 

  • Regregdjaya (Ragapulus) 

  • Kiai Layang Sari (Rantjaelat Kawali Ciamis) 

  • Embah Mangun Djaya (Kali Serayu, Banjarnegara) 

  • Embah Panggung (Kamodjing) 

  • Embah Pangdjarahan (Kamodjing) 

  • Syekh Sukri (Pamukiran, Lewo Garut) 

  • Embah Dipamanggakusumah (Munjul, Cibubur) 

  • Aki Mandjana (Samodja, Kamayangan) 

  • Eyang Raksa Baya (Samodja, Kamayangan) 

  • Embah Dugal (Tjimunctjang)

  • Embah Dalem Dardja (Tjikopo) 

  • Embah Djaengranggadisastra (Tjikopo) 

  • Nyi Mas Larasati (Tjikopo) 

  • Embah Dalem Warukut (Mundjul, Cibubur) 

  • Embah Djaya Sumanding (Sanding) 

  • Embah Mansur Wiranatakusumah (Sanding) 

  • Embah Djaga Alam (Tjileunyi) 

  • Sembah Dalaem Pangudaran (Tjikantjung Majalaya) 

  • Sembah Dalem Mataram (Tjipantjing) 

  • Eyang Nulinggih (Karamat Tjibesi, Subang) 

  • Embah Buyut Putih (Gunung Pangtapaan, Bukit Tunggul) 

  • Embah Ranggawangsa (Sukamerang, bandrek) 

  • Eyang Yaman (Tjikawedukan, Gunung Ringgeung Garut) 

  • Embah Gurangkentjana (Tjikawedukan, Gunung Ringgeung Garut) 

  • Embah Gadjah Putih (Tjikawedukan Gunung wangun) 

  • Ratu Siawu-awu (Gunung Gelap, pameungpeuk Sumedang) 

  • Embah Mangkunegara (Cirebon ) 

  • Embah Landros (Tjibiru Bandung) 

  • Eyang latif (Tjibiru Bandung) 

  • Eyang Penghulu (Tjibiru Bandung) 

  • Nyi Mas Entang Bandung (Tjibiru Bandung) 

  • Eyang Kilat (Tjibiru Bandung) 

  • Mamah Hadji Umar (Tjibiru Bandung) 

  • Mamah Hadji Soleh (Tjibiru Bandung) 

  • Mamah Hadji Ibrahim (Tjibiru Bandung) 

  • Uyut Sawi (Tjibiru Bandung) 

  • Darya bin Salmasih (Tjibiru Bandung) 

  • Mmah Hadji Sapei (Tjibiru Bandung)


Kurang dan lebihnya mohon di maafkan
Hatur Nuhun..🙏🙏


UGA WANGSIT SILIWANGI

 Uga Wangsit Siliwangi


Terjemahan bebas Uga Wangsit Siliwangi.

Prabu Siliwangi berpesan pada warga Pajajaran yang ikut mundur pada waktu beliau sebelum menghilang :


“Perjalanan kita hanya sampai disini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku! Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ikut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup kedepan nanti, agar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan waktu! Pilih! aku tidak akan melarang, sebab untukku, tidak pantas jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”


Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!

Dengarkan! Kalian yang di timur harus tahu: Kekuasaan akan turut dengan kalian! dan keturunan kalian nanti yang akan memerintah saudara kalian dan orang lain. Tapi kalian harus ingat, nanti mereka akan memerintah dengan semena-mena. Akan ada pembalasan untuk semua itu. Silahkan pergi!


Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya. Suatu saat nanti, apabila tengah malam, dari gunung Halimun terdengar suara minta tolong, nah itu adalah tandanya. Semua keturunan kalian dipanggil oleh yang mau menikah di Lebak Cawéné. Jangan sampai berlebihan, sebab nanti telaga akan banjir! Silahkan pergi! Ingat! Jangan menoleh kebelakang!

Kalian yang di sebelah utara! Dengarkan! Kota takkan pernah kalian datangi, yang kalian temui hanya padang yang perlu diolah. Keturunan kalian, kebanyakan akan menjadi rakyat biasa. Adapun yang menjadi penguasa tetap tidak mempunyai kekuasaan. Suatu hari nanti akan kedatangan tamu, banyak tamu dari jauh, tapi tamu yang menyusahkan. Waspadalah!


Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian. Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa diteemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong. dan bahkan berlebihan kalau bicara.


Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satu datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah. setiap waktu akan berulang itu dan itu lagi.


Dengarkan! yang saat ini memusuhi kita, akan berkuasa hanya untuk sementara waktu. Tanahnya kering padahal di pinggir sungai Cibantaeun dijadikan kandang kerbau kosong. Nah di situlah, sebuah nagara akan pecah, pecah oleh kerbau bule, yang digembalakan oleh orang yang tinggi dan memerintah di pusat kota. semenjak itu, raja-raja dibelenggu. Kerbau bule memegang kendali, dan keturunan kita hanya jadi orang suruhan. Tapi kendali itu tak terasa sebab semuanya serba dipenuhi dan murah serta banyak pilihan.


Semenjak itu, pekerjaan dikuasai monyet. Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar. Tapi banyak yang tertukar sejarahnya, banyak yang dicuri bahkan dijual! Keturunan kita banyak yang tidak tahu, bahwa jaman sudah berganti! Pada saat itu geger di seluruh negara. Pintu dihancurkan oleh mereka para pemimpin, tapi pemimpin yang salah arah!


Yang memerintah bersembunyi, pusat kota kosong, kerbau bule kabur. Negara pecahan diserbu monyet! Keturunan kita enak tertawa, tapi tertawa yang terpotong, sebab ternyata, pasar habis oleh penyakit, sawah habis oleh penyakit, tempat padi habis oleh penyakit, kebun habis oleh penyakit, perempuan hamil oleh penyakit. Semuanya diserbu oleh penyakit. Keturunan kita takut oleh segala yang berbau penyakit. Semua alat digunakan untuk menyembuhkan penyakit sebab sudah semakin parah. Yang mengerjakannya masih bangsa sendiri. Banyak yang mati kelaparan. Semenjak itu keturunan kita banyak yang berharap bisa bercocok tanam sambil sok tahu membuka lahan. mereka tidak sadar bahwa jaman sudah berganti cerita lagi.


Lalu sayup-sayup dari ujung laut utara terdengar gemuruh, burung menetaskan telur. Riuh seluruh bumi! Sementara di sini? Ramai oleh perang, saling menindas antar sesama. Penyakit bermunculan di sana-sini. Lalu keturunan kita mengamuk. Mengamuk tanpa aturan. Banyak yang mati tanpa dosa, jelas-jelas musuh dijadikan teman, yang jelas-jelas teman dijadikan musuh. Mendadak banyak pemimpin dengan caranya sendiri. Yang bingung semakin bingung. Banyak anak kecil sudah menjadi bapa. Yang mengamuk tambah berkuasa, mengamuk tanpa pandang bulu. Yang Putih dihancurkan, yang Hitam diusir. Kepulauan ini semakin kacau, sebab banyak yang mengamuk, tidak beda dengan tawon, hanya karena dirusak sarangnya. seluruh nusa dihancurkan dan dikejar. Tetapi…ada yang menghentikan, yang menghentikan adalah orang sebrang.


Lalu berdiri lagi penguasa yang berasal dari orang biasa. Tapi memang keturunan penguasa dahulu kala dan ibunya adalah seorang putri Pulau Dewata. Karena jelas keturunan penguasa, penguasa baru susah dianiaya! Semenjak itu berganti lagi jaman. Ganti jaman ganti cerita! Kapan? Tidak lama, setelah bulan muncul di siang hari, disusul oleh lewatnya komet yang terang benderang. Di bekas negara kita, berdiri lagi sebuah negara. Negara di dalam negara dan pemimpinnya bukan keturunan Pajajaran.


Lalu akan ada penguasa, tapi penguasa yang mendirikan benteng yang tidak boleh dibuka, yang mendirikan pintu yang tidak boleh ditutup, membuat pancuran ditengah jalan, memelihara elang dipohon beringin. Memang penguasa buta! Bukan buta pemaksa, tetapi buta tidak melihat, segala penyakit dan penderitaan, penjahat juga pencuri menggerogoti rakyat yang sudah susah.  Sekalinya ada yang berani mengingatkan, yang diburu bukanlah penderitaan itu semua tetapi orang yang mengingatkannya. Semakin maju semakin banyak penguasa yang buta tuli. memerintah sambil menyembah berhala. Lalu anak-anak muda salah pergaulan, aturan hanya menjadi bahan omongan, karena yang membuatnya bukan orang yang mengerti aturan itu sendiri. Wajar saja bila kolam semuanya mengering, pertanian semuanya puso, bulir padi banyak yang diselewengkan, sebab yang berjanjinya banyak tukang bohong, semua diberangus janji-janji belaka, terlalu banyak orang pintar, tapi pintar kebelinger.


Pada saat itu datang pemuda berjanggut, datangnya memakai baju serba hitam sambil menyanding sarung tua. Membangunkan semua yang salah arah, mengingatkan pada yang lupa, tapi tidak dianggap. Karena pintar kebelinger, maunya menang sendiri. Mereka tidak sadar, langit sudah memerah, asap mengepul dari perapian. Alih-alih dianggap, pemuda berjanggut ditangkap dimasukan kepenjara. Lalu mereka mengacak-ngacak tanah orang lain, beralasan mencari musuh tapi sebenarnya mereka sengaja membuat permusuhan.


Waspadalah! sebab mereka nanti akan melarang untuk menceritakan Pajajaran. Sebab takut ketahuan, bahwa mereka yang jadi gara-gara selama ini. Penguasa yang buta, semakin hari semakin berkuasa melebihi kerbau bule, mereka tidak sadar jaman manusia sudah dikuasai oleh kelakuan hewan. Kekuasaan penguasa buta tidak berlangsung lama, tapi karena sudah kelewatan menyengsarakan rakyat yang sudah berharap agar ada mukjizat datang untuk mereka. Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya? Nanti, saat munculnya anak gembala! di situ akan banyak huru-hara, yang bermula di satu daerah semakin lama semakin besar meluas di seluruh negara. yang tidak tahu menjadi gila dan ikut-ikutan menyerobot dan bertengkar. Dipimpin oleh pemuda gendut! Sebabnya bertengkar? Memperebutkan tanah. Yang sudah punya ingin lebih, yang berhak meminta bagiannya. Hanya 

yang sadar pada diam, mereka hanya menonton tapi tetap terbawa-bawa.


Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang punya uang. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!

Yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati. Dengarkan! jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.


Tapi ratu siapa? darimana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala. Silahkan pergi, ingat jangan menoleh kebelakang!


Hatur Nuhun..🙏🙏



Wednesday, June 15, 2022

DO'A UNTUK ORANG TUA

Doa Untuk Orang Tua yang Belum Meninggal


doa setelah sholat wajib.


اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَ الِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِى صَغِيْرًا


“Allahumma Fighfirlii Wa Liwaa Lidhayya Warham Humaa Kamaa Rabbayaa Nii Shaghiraa”


Artinya : “Ya Allah, ampunilah semua dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, serta berbelaskasihlah kepada mereka berdua seperti mereka berbelas kasih kepada diriku di waktu aku kecil.”


ACHIEL BOGOR

ACHIEL KAKANG BOGOR